Masuknya sinyal Maxis ke wilayah Indonesia ternyata tidak hanya merugikan pelanggan tetapi juga operator telekomunikasi seluler di Indonesia.
Dikatakan Head of Mobile Marketing Data Services XL, Budi Hardjono, masalah 'perampokan' pulsa memang menjadi perhatian di wilayah perbatasan karena dekatnya jarak antara jaringan lokal Indonesia dengan telekomunikasi negara luar, dalam hal ini Malaysia.
"Bila terbukti benar, maka tak hanya pelanggan, operator pun merasa dirugikan. Itu sama saja dengan merampok," kata Budi, saat ditemui usai update layanan VAS XL di Jakarta, Selasa (1/6/2010).
Meski begitu, sejauh ini XL Axiata pun belum mendapatkan keluhan dari pelanggan mereka mengenai pulsa warga yang terpotong akibat kebocoran sinyal tersebut.
"Kami belum mendapatkan laporan tersebut," kata Budi.
Saat ini, Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) mengaku sedang menyelidiki kasus 'perampokan' pulsa oleh operator Malaysia tersebut. Jika terbukti benar, BRTI akan melayangkan surat protes kepada operator Malaysia tersebut.
Masuknya sinyal Maxis, diketahui merugikan pengguna layanan operator telekomunikasi Indonesia mengingat pulsa pengguna berkurang saat menerima pesan singkat pemberitahuan dari operator telepon seluler di Malaysia. Sinyal yang masuk tiba-tiba mengurangi pulsa hingga Rp9.000.
Sebelumnya, BRTI mendapatkan pengaduan dari masyarakat daerah perbatasan yang mengaku menjadi korban 'perampokan' tersebut. Pengguna seluler di perbatasan mendapatkan notifikasi bahwa jaringan seluler yang digunakan telah masuk ke dalam jangkauan Maxis Malaysia.
Sumber : Okezone
Tidak ada komentar:
Posting Komentar